Hujan turun sepanjang jalan, hujan rinai waktu musim berdesik-desik pelan, kembali bernama sunyi, kita pandang: pohon-pohon diluar basah kembali, tak ada yang menolaknya. Kita pun mengerti, tiba-tiba atas pesan yang rahasia, tatkala angin basah tak ada bermuat debu, tatkala tak ada yang merasa diburu-buru.
Kau pasti masih ingat kita pernah suatu saat membayangkan sebuah dongeng tentang waktu yang ujudnya remah-remah yang bisa kita kunyah, telan, dan muntahkan kapan saja agar tetap ada. Kita menyukai dongeng yang katamu indah itumeskipun sebenarnya tidak sepenuhnya memahami apa maknanya. "Sar, kalau saja kita bisa hidup diluar waktu" katamu.